Teater, menjadi pilihan kegiatanku di saat kuliah. Bukan untuk tujuan jadi artis, apalagi beroleh Piala Citra atau bisa maen di Hollywood. Di Teater, ku bisa menjajal kemampuan berolah peran, mengasah rasa empati pada sisi kehidupan lain, serta belajar bebas berekspresi tanpa beban status sosial, dan beban kantong (maksudnya nggak mikiran di kantong ada atau tidak ada duit).
Bila mahasiswa lain rajin nongkrong di perpustakaan atau di fakultas, maka saya mah mendingan nongkrong di GSSTF (Gelanggang Seni Sastra dan Film) Universitas Padjadjaran. Lokasinya yang bertetangga dengan Fakultas Sastra, FISIP, dan PAAP (Pendidikan Ahli Administrasi Perusahaan) menjadi strategis untuk ngecengin mahasiswi-mahasiswinya yang bening-bening.
Namun jangan salah, saya juga tak malu-malu, bahkan cenderung bikin malu dengan teriak-teriak, jingkrak-jingkrak atau tertawa ngakak, saat latihan di koridor, ditengah lalu-lalang para mahasiswa dan mahasiswi lain.
Rabu, 24 November 2010
Minggu, 21 November 2010
Hanoi, Kota Sejuta Motor
HANOI (Orang Vietnam sendiri mengejanya dengan Ha Noi), Ibu kota Vietnam (Juga dieja Viet Nam) sudah berubah. Jangan berharap dapat menemukan ribuan sepeda di jalanan dengan pengendaranya yang mengenakan topi caping. Kini, Ha Noi mirip Jakarta, jadi kota sejuta sepeda motor dengan pengendaranya sebagian besar anak-anak muda berhelm ala kadarnya alias helm batok (istilah orang Indonesia).
Sangat jarang ditemukan lagi pengendara sepeda dengan topi caping. Kalaupun ada, itu adalah para orang tua.
Sepanjang perjalanan dari pelabuhan udara No Bai, menyelusuri jalan Pham Hung, salah satu jalan protocol Ha Noi, menuju kota lama, Nampak ribuan sepeda motor memenuhi jalan-jalan. Jenis motornya mirip di Indonesia, yakni motor bebek dan sebagian motor matic buatan korea atawa Cina, umumnya motor-motor yang di Indonesia sudah ketinggalan jalan, seumuran dengan Astrea atawa Vespa.
Mirip di Jakarta pula, para pengendara motor itu nyaris tak kenal aturan, saling nyalip, motong jalur, nabrak lampu merah adalah hal yang biasa. Bedanya, bila polisi Jakarta dikenal galak dan kerap main tilang, maka polisi di Ha Noi jarang main tilang, malah nampaknya terjadi pembiaran. “ Kalau ada polisi ditanya, kenapa nggak ditilang, maka jawabnya : Too many, anytime, anywhere,” kata I Nyoman Wiguna, seorang Staf Penerangan Sosial Budaya Kedutaan Besar RI di Viet Nam sambil terkekeh.
Namun uniknya, ini masih cerita Nyoman, dalam kesemrawutan tersebut, penduduk Ha Noi sudah terbiasa penuh kesabaran. “Sabar dan tertib dalam kesemrawutan,” canda Nyoman yang sudah 3 tahun tinggal di Ha Noi tersebut.
Maksudnya, dengan kondisi lalu lintas yang serba semrawut tersebut, kerap kali terjadi senggolan atau tabrakan antar pengendara, atau antara pengendara dengan pejalan kaki atau dengan mobil.” Kalau tabrakannya hanya kecil, sekedar lecet misalnya, maka urusan selesai, tak ada marah-marah atau minta ganti rugi, masing-masing saling tertawa dan kembali melanjutkan perjalanan masing-masing,” kenang Nyoman.
Halnya lampu lalulintas, lanjut Nyoman, memang ada di beberapa persimpangan. « Lampu lalu lintas itu ada, tapi bisa dipatuhi, bisa pula tidak, dan tidak ada sanksi atau denda, « ujar Nyoman.
Namun itu soal kesemrawutan dan perilaku pengendara motor, tapi kalau soal berbicara prospek Ha Noi kedepan, nampaknya Jakarta perlu miris. « 5 tahun lalu, daerah Pham Hung itu hanya berupa rawa dan tegalan kosong, kini dipenuhi hotel berbintang 5, pusat pertokoan, apartemen, jadis aya bayangkan 5 tahun lagi, nampaknya akan dipenuhi gedung pencakar langit, « kata Abror Rizky, seorang karyawan Istana Kepresidenan Indonesia yang sudah beberapa kali mengunjungi Ha Noi.
Dari atas kamar hotel, kita bisa saksikan, pembangunan gedung sedang giat dilakukan pemerintah Viet Nam. Di setiap pelosok kota, Nampak proyek-proyek pembangunan gedung perkantoran dan hotel serta apartemen bertebaran dimana-mana. Salah seorang raja properti Indonesia, Ciputra, termasuk salah seorang pengusaha yang memiliki beberapa proyek property di kota tersebut, melalui perusahaannya, PT Ciputra Land.
Sangat jarang ditemukan lagi pengendara sepeda dengan topi caping. Kalaupun ada, itu adalah para orang tua.
Sepanjang perjalanan dari pelabuhan udara No Bai, menyelusuri jalan Pham Hung, salah satu jalan protocol Ha Noi, menuju kota lama, Nampak ribuan sepeda motor memenuhi jalan-jalan. Jenis motornya mirip di Indonesia, yakni motor bebek dan sebagian motor matic buatan korea atawa Cina, umumnya motor-motor yang di Indonesia sudah ketinggalan jalan, seumuran dengan Astrea atawa Vespa.
Mirip di Jakarta pula, para pengendara motor itu nyaris tak kenal aturan, saling nyalip, motong jalur, nabrak lampu merah adalah hal yang biasa. Bedanya, bila polisi Jakarta dikenal galak dan kerap main tilang, maka polisi di Ha Noi jarang main tilang, malah nampaknya terjadi pembiaran. “ Kalau ada polisi ditanya, kenapa nggak ditilang, maka jawabnya : Too many, anytime, anywhere,” kata I Nyoman Wiguna, seorang Staf Penerangan Sosial Budaya Kedutaan Besar RI di Viet Nam sambil terkekeh.
Namun uniknya, ini masih cerita Nyoman, dalam kesemrawutan tersebut, penduduk Ha Noi sudah terbiasa penuh kesabaran. “Sabar dan tertib dalam kesemrawutan,” canda Nyoman yang sudah 3 tahun tinggal di Ha Noi tersebut.
Maksudnya, dengan kondisi lalu lintas yang serba semrawut tersebut, kerap kali terjadi senggolan atau tabrakan antar pengendara, atau antara pengendara dengan pejalan kaki atau dengan mobil.” Kalau tabrakannya hanya kecil, sekedar lecet misalnya, maka urusan selesai, tak ada marah-marah atau minta ganti rugi, masing-masing saling tertawa dan kembali melanjutkan perjalanan masing-masing,” kenang Nyoman.
Halnya lampu lalulintas, lanjut Nyoman, memang ada di beberapa persimpangan. « Lampu lalu lintas itu ada, tapi bisa dipatuhi, bisa pula tidak, dan tidak ada sanksi atau denda, « ujar Nyoman.
Namun itu soal kesemrawutan dan perilaku pengendara motor, tapi kalau soal berbicara prospek Ha Noi kedepan, nampaknya Jakarta perlu miris. « 5 tahun lalu, daerah Pham Hung itu hanya berupa rawa dan tegalan kosong, kini dipenuhi hotel berbintang 5, pusat pertokoan, apartemen, jadis aya bayangkan 5 tahun lagi, nampaknya akan dipenuhi gedung pencakar langit, « kata Abror Rizky, seorang karyawan Istana Kepresidenan Indonesia yang sudah beberapa kali mengunjungi Ha Noi.
Dari atas kamar hotel, kita bisa saksikan, pembangunan gedung sedang giat dilakukan pemerintah Viet Nam. Di setiap pelosok kota, Nampak proyek-proyek pembangunan gedung perkantoran dan hotel serta apartemen bertebaran dimana-mana. Salah seorang raja properti Indonesia, Ciputra, termasuk salah seorang pengusaha yang memiliki beberapa proyek property di kota tersebut, melalui perusahaannya, PT Ciputra Land.
Jumat, 19 November 2010
Suatu Malam di Hanoi
Menikmati malam di Ha Noi, Ibukota Vietnam, rasanya tak lengkap jiga tak menikmati naik Cyclo, sejenis beca khas kota tersebut. Walaupun tarifnya agak mahal, sekitar 2 dollar untuk keliling pusat kota Ha Noi di sekitar Danau Hoankiem, rasanya nikmati dan puas.
Shanghai, Nyaris sempurna
Shanghai. Sebuah kota yang nyaris sempurna. Ditata secara awal dengan perencanaan matang, mulai dari lahan hunian, lahan perkantoran, pedestrian, apartemen, wahana wisata, dan sebagainya.
Sabtu, 13 November 2010
Masa SMA
Masa SMA, bagi ku adalah masa yang paling mengesankan, tanpa beban hidup, menikmati jiwa remaja, sedikit rada jahiliyah. Esok? itu soal nanti. Coba tebak, saya yang mana, ayo? Yang jelas n i foto waktu study tour SMAN 12 Bandung ke Cirebon, kira-kira tahun 1984.
Sahabat terbaikku
Sahabat,
Gimana kabarmu? Semoga dirimu memperoleh tempat yang layak di sisi Allah SWT. Maaf, saya belum sempat membalas segala kebaikan yang pernah dirimu berikan. Dirimulah yang telah membukakan pintu untukku menapak hidup lebih layak, lebih pasti dan lebih segala-galanya. Dirimu lah salah satu sahabat terbaik yang pernah kumiliki. Banyak memberi tanpa meminta sedikitpun, tanpa pamrih, tanpa syarat dan tanpa apapun. Rasanya tidak ada yang lebih pantas kuberikan untukmu selain DOA, semoga Allah memberi balasan segala kebaikan yang telah kau berikan. Allah Maha Tahu dan Maha Adil. Saya yakin itu.
Selamat jalan Sahabatku.
Gimana kabarmu? Semoga dirimu memperoleh tempat yang layak di sisi Allah SWT. Maaf, saya belum sempat membalas segala kebaikan yang pernah dirimu berikan. Dirimulah yang telah membukakan pintu untukku menapak hidup lebih layak, lebih pasti dan lebih segala-galanya. Dirimu lah salah satu sahabat terbaik yang pernah kumiliki. Banyak memberi tanpa meminta sedikitpun, tanpa pamrih, tanpa syarat dan tanpa apapun. Rasanya tidak ada yang lebih pantas kuberikan untukmu selain DOA, semoga Allah memberi balasan segala kebaikan yang telah kau berikan. Allah Maha Tahu dan Maha Adil. Saya yakin itu.
Selamat jalan Sahabatku.
Super Hero Idolaku
Ku suka komik super hero yang nampilkan super hero lokal semacam Godam, Gundala, Maza, Aquanus, Kapten melar, dan masih banyak lagi. Terkadang saya membayangkan, jika di dunia nyata, hadir para super hero tersebut, kayaknya penjahat keder dan Indonesia pun aman.
Namun, saya pun kerap bertanya, jika mereka ada, kayaknya akan terjerat UU Anti Pornografi, sebab para superhero tersebut sebagian besar, cewek and cowok, pakaiannya seksi banget, pake cangcut, pakaian ketat, bahkan superhero cewek, umumnya pamer dada.
Karena mereka umumnya bertindak secara tegas dan lugas, saya khawatir para super hero tersebut akan didemo karena kasus pelanggaran hak asasi manusia.
Yang juga penting, Godam misalnya, saya khawatir saat ia terbang akan tersangkut di tiang listrik atau menara selular atau terlilit benang layangan.
Langganan:
Postingan (Atom)